Taubat, Marhabban Ya Ramadhan

Oleh: Ir.H. Teddy Suratmadji, Msc
“Berikanlah kabar gembira kepada ummatmu, Muhammad, karena mereka akan dimasukkan sorga” kata Malaikat Jibril.

“Wa in saroqo? Wa in zaana? – Walaupun pernah mencuri dan pernah zina?” tanya Nabi.
“Wa in saroqo, wa in zaana – Walaupun pernah mencuri, walaupun pernah zina” jawab Jibril.
Surprise dengan jawaban Jibril, untuk kedua-kalinya Muhammad bertanya lagi:
“Wa in saroqo? Wa in zaana?” tanya Muhammad.
“Wa in saroqo, wa in zaana” jawab Jibril.
Masih penasaran kuatir salah tangkap, apalagi peristiwa itu –sebagaimana kesaksian Aisyah- berlangsung di tegalan di malam gelap-gulita, serta ditengah-tengah suara bergemuruh pula. Untuk ketiga kalinya nista-maja-utama Muhammad bertanya lagi:
“Wa in saroqo? Wa in zaana?”
“Wa in saroqo! Wa in zaana!”
Bagi maling dan yang affair bermain api dengan wanita idaman lain (WIL) selain isterinya atau dengan pria idaman lain (PIL) selain suaminya, sudah pasti akan berkata: Yes! Yess!! Yesss!!!
Bagaimana bisa pendosa besar masuk sorga?

Taubat Sambal Sunda
Menurut al-qomus, taubat adalah penyesalan atas telah dilakukannya suatu perbuatan dosa. Menurut Al-Quran, taubat haruslah sesuai perintah-Nya Yaa ayyuhalladziina aamanuu tuubuu ilalloohi taubatan nasuuhaa – Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang baik.
Pertama, mengakui kesalahan. Kedua, melafadzkan kalimat-kalimat taubat. Ketiga, kapok dan ikrar tidak akan mengulangi. Keempat, menunaikan kafaroh.
Diantara ke 4 urutan taubat tadi, urusan “kapok” inilah yang paling ribet.
Untuk memahami per”kapok”an, ingat saja sambal pedas. Bukan sekedar pedas sambal Padang dari cabai, tetapi sambal super-pedas Sunda dari cabai rawit. Bagi yang suka wisata kuliner, tentu bisa membedakan derajat pedas sambal, sejenis dressing salad makanan suku bangsa yang dikenal suka melahap daun-daunan mentah, sehingga dilepas di kebun-pun, konon, bisa survive.
Ketika “berdosa” makan sambal super-pedas terbuat dari ulekan segenggam cabai rawit sampai badan berkeringat, mata berair, dan lidah serasa terbakar, maka “taubat” nya adalah dengan cara minum air.
Alih-alih kapok, setelah minum air dan rasa pedas berkurang, sambalnya dimakan lagi. Lalu minum air lagi. Lalu makan sambal lagi. Demikian seterusnya: sambal-air-sambal-air-dosa-taubat-dosa-taubat. Maka dikenallah jargon “Taubat Sambal Sunda” – TSS.
Dengan approach yang sama, dikenallah terminologi “Taubat Isteri Melahirkan” - TIM. Artinya, karena melahirkan itu sakitnya bukan alang-kepalang sampai melolong-lolong berteriak taubat dan minta ampun, nyatanya anaknya sampai setengah lusin, bahkan lebih.

Dosa Antar Anak Adam
Kullu ibni Adama khottoouun – setiap Anak Adam berbuat dosa, demikian bunyi sebuah hadits. Wa khoirul khottoo-iinat tawwaabuun – dan sebaik-baiknya orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat.
Ada 2 jalur taubat: jalur tol bebas hambatan dan jalur biasa.
Taubat jalur tol bebas hambatan adalah taubat atas dosa yang dilakukan seorang anak Adam kepada Alloh. Misalnya ketinggalan waktu sholat, malas membaca Al-Quran, melupakan dzikir, dll dosa akibat pelanggaran makhluk kepada Sang Khaliq. Taubatnya jalur tol karena bisa langsung dengan cara membaca kalimat-kalimat taubat.
Taubat jalur biasa adalah taubat atas Dosa Antar Anak Adam - DAAA, yang masih pula terbagi dua:
• Dosa lahir sesama anak Adam, yaitu dosa anak Adam kepada sesama anak Adam yang kelihatan dengan mata, misalnya memukul-melukai-membunuh orang, mencuri barang orang, mendzalimi orang, hutang tidak dibayar, dlsb
• Dosa bathin sesama anak Adam, yaitu dosa anak Adam kepada sesama anak Adam yang tidak kelihatan dengan mata, misalnya suudzon alias berburuk sangka kepada orang lain, sakhna alias dengki; ngerasani menjelek-jelekkan orang lain di belakangnya, dlsb.
Cilakanya, tidak hanya dosa lahir yang harus ditaubati (idealnya) dengan qishos: cubit balas cubit, gaplok balas gaplok, kecuali yang dicubit dan digaplok memaafkan, ternyata dosa bathin pun harus ditaubati. Hag, siah!
Setiap Senin dan Kamis beberapa pintu sorga dibuka, dan semua yang ada di langit dan dibumi diampuni, kecuali orang yang kepada saudaranya masih memiliki perasaan sakhna diatas itu tadi.
“Undzuruu haadzaini hatta yashtolihaa – tunggu wahai Malaikat, jangan diampuni mereka sampai hilang perasaan sakhna dari dalam hati mereka!” perintah Alloh kepada Malaikat.
Bayangkan, dosa bathin sakhna saja, sudah demikian besar akibatnya!
Saat Isra-Miraj, Nabi melihat orang yang berkuku min nuhaasin dari tembaga, dan menghancurkan mukanya sendiri sampai lebur. Yang gawat, setelah hancur-lebur, mukanya jadi lagi, untuk kembali dihancur-leburkan dengan kuku tembaga. Saat ditanya Muhammad, Jibril menjelaskan, bahwa itulah hukuman bagi orang yang suka ya-kulu lahma akhiihi memakan daging saudaranya sendiri, alias ghibah, alias ngerasani, alias menjelekkan di belakang.
Bayangkan, dosa ghaib (karena tidak diketahui objeknya) ghibah saja, sudah demikian hebat hukumannya!
Jadi bagaimana untuk menghindari siksaan di akhirat akibat DAAA? Jawabnya ya harus Taubat Antar Anak Adam – TAAA.
Taubat kepada siapa saja yang pernah ghibah dirasani. Taubat kepada siapa saja yang pernah hati suudzon kepadanya. Taubat kepada siapa saja yang pernah dihutangi, dan tidak dibayar-bayar. Taubat kepada siapa saja yang pernah didzalimi, disakiti hatinya. Dst., dst.
Siapa yang harus TAAA? Ya semua yang mengaku Anak Adam. Bisa taubat kepada saudaranya, kepada temannya, kepada tetangganya. Tidak hanya isteri taubat kepada suaminya, tapi juga suami kepada isterinya. Kecuali suami yang suci yang tidak pernah berdosa kepada isterinya. Tidak hanya taubat anak kepada orang-tuanya, tapi juga sebaliknya taubat orang-tua kepada anaknya. Kecuali orang-tua suci yang tidak pernah berdosa kepada anaknya.
Kapan TAAA? Tentu saja kalau bisa ketika berbuat DAAA. Tetapi karena jalannya penuh hambatan, terutama hambatan hati, maka manfaatkanlah setiap tahun dimana ada saat yang sangat tepat untuk TAAA.

Marhaban Ramadhan
Selamat datang bulan suci Ramadhan. Inilah momentum yang paling tepat untuk TAAA.
Kebanyakannya orang saling maaf-memaafkan sesudah Ramadhan. Ini tidak tepat. Marilah saling meminta maaf, alias taubat, justru menjelang Ramadhan. Semoga pasca TAAA, maka memasuki bulan suci nanti benar-benar sudah suci, bersih dari dosa-dosa.
Malu? Akan lebih menanggung malu lagi jika baru ketahuan di akhirat kalau suami ternyata suka ngerasani isterinya sendiri. Masih mending kalau hanya sekedar menanggung malu. Hampir dipastikan tidak hanya itu. Karena di akhirat nanti setiap orang HAUS pahala, maka hampir dipastikan Neng Iteung akan berkata “Tiada maaf bagimu, Sakadang Kabayan!”. Maka pahala suami ahli ngerasani, apalagi hobby tidak adil alias ahli berbuat dzalim, akan diambilnya. Jika bisa sampai habis. Mungkin tekor.
Adapun teknis TAAA adalah sesuai 4 urutan tadi, dimana urutan ke 4 nya adalah kafaroh. Artinya, tanpa kafaroh taubat tidak diterima. Artinya, pezina yang masih lajang harus dijilid, dan pezina yang sudah menikah harus diranjam sampai game-over, mati. Itupun kalau taubatnya diterima, barulah bisa masuk sorga, sesuai bunyi hadits di awal tulisan ini.
***

Simak riwayat berikut:
“Ya Allah, terimalah taubatku” kata seorang hamba. Tapi apa mau dikata, untuk kedua kalinya dosanya terulang lagi. Lalu kembali dia berdoa:
“Ya Allah, terimalah taubatku” katanya untuk kedua kalinya. Tapi apa mau dikata, untuk ketiga kalinya dosanya terulang lagi. Lalu kembali dia berdoa.
“Ya Allah, terimalah taubatku” katanya untuk ketiga kalinya. Tapi apa mau dikata, untuk keempat kalinya dosanya terulang lagi. Lalu kembali berdoa.
Demikian berulang-ulang terus menerus. Akhirnya sang hamba ge-er sendiri: “Ah, Alloh sudah pasti bosan mengampuniku”
Didalam riwayat itu disebutkan bagaimana akhirnya Alloh tersenyum atas kelakuan hambanya. Dalam bahasa tulisan ini, hamba menyangka Alloh bosan gara-gara TSS atau TIM.
Ya Ghoffaaaaar, Wahai Dzat Yang Maha Pengampun, ternyata Alloh tidak pernah bosan menerima permintaan taubat hamba-Nya.
Karena ternyata tidak ada TSS dan TIM, maka tunggu apa lagi jelang Ramadhan selain melaksanakan TAAA? Fa aina tadzhabuun? (Hendak Kemana Engkau Pergi?)./*

2 Comments

Previous Post Next Post